Hai sahabat blogger, Pernah dengar kata Bullying? Ijime ? Nah.. Mungkin kita pernah merasa di ejek teman waktu masih sekolah, sahabat blogger pernah tidak? Tetepi di Jepang dan Korea Ejekan atau Bullying ini menjadi masalah yang sangat serius, karena sudah menjadi semacam budaya, bahkan bisa menyebabkan depresi yang berkepanjangan sampai bunuh diri .
Pertama mendengar kata IJIME/Bully, otak saya langsung Jepang! Benar, Ijime adalah kata Jepang untuk Bullying Menurut Kementrian Pendidikan Jepang, Ijime adalah Bentuk penyerangan tertentu, baik secara fisik maupun psikis. Yang dilakukan secara sengaja dan berkelanjutan kepada korban yang lebih lemah daripada pelaku. Dimana si korban merasa dirugikan. Ini merupakan masalah yang harusnya cepat dapat penanganan dari Pemerintah Jepang. Saya sebut ini masalah karena pihak Jepang baik itu dari pihak Pemerintah dan Sekolah masih belum menemukan solusi yang tepat untuk menghilangkan Ijime di sekolah. Padahal itu merupakan momok yang berkepanjangan yang seharusnya butuh penanganan yang cepat sebelum menghilangkan banyak jiwa lagi. Dengan ditambah lagi pemberitaan di media cetak dan elektronik, masih banyak kasus bunuh diri akibat ijime ini, membuktikan bahwa itu masalah Negara yang belum selesai. Pertama-tama kenapa Ijime bisa hadir dalam budaya Jepang bahkan Ijime itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari Jepang? Hal ini terjadi karena masyarakat Jepang sendiri adalah masyarakat yang Homogen dan Seragam. Dikarenakan rasa homogen dan seragam yang sudah mendarah daging inilah justru orang yang Berbeda akan menjadi sasaran Ijime. Berbeda dalam hal apa ? Dalam berbagai hal, misalnya lebih pintar, lebih pendek, lebih bodoh, memiliki hobi yang aneh, murid pindahan, orang asing, dll. Pokoknya yang dianggap diluar dari kebiasaan, keseragaman, dan tidak sesuai dengan standar kelompok dimana individu yang berbeda itu berada, dia yang bakal jadi target Ijime. Ijime terjadi paling sering di dalam kelas yang tentunya rame banyak murid dan guru. Sehingga selalu luput dari perhatian Guru dan pihak sekolah. Pelaku Ijime sangat pinter membuat situasi seolah tidak ada apa-apa dan biasanya siapapun yang melaorkan masalah ini ke pihak sekolah, merupakan korban selanjutnya untuk di Ijime, sehingga lingkunggan sekitar akan bertindak pura-pura tidak tahu untuk menghindarkan dirinya dari masalah itu. Sekolah dan guru biasanya akan menyangkal dengan keras akan adanya Ijime disekolah mereka, karena tidak mau kredibilitas sekolah mereka turun. Hal ini membuat para korban Ijime seakan ditinggalkan bahkan oleh sekolah itu sendiri. Bagaimana dengan dengan pihak keluarga korban Ijime, biasanya orang tua tidak mengetahui apabila anaknya mengalami Ijime di sekolah. Kenapa orangtua tidak tahu padahal apabila pihak rumah bisa tahu lebih cepat, bisa segera dilaporkan ke pihak sekolah. Beberapa alasannya adalah sebagai berikut, orang tua yang terlalu cuek akan keadaan si anak, ada juga si korban tidak ingin menyusahkan dan menambah beban orang tuanya, atau apabila si korban melaporkan masalah ini ke orang tuanya dan tentu saja melaporkan ke pihak sekolah maka keadaan akan tambah lebih parah, dengan semakin mengganasnya si pelaku Ijime untuk melakukan penyerangan lagi. Baru-baru ini di TV tentang Ijime, adalah seorang pelajar SMA yang loncat dari rumahnya, setelah diselidiki adalah sudah lama dia di Ijime,dengan diketemukan barang bukti seperti buku sekolah yang penuh dengan tulisan SHINE! (死ね!)yang artinya (dalam bahasa slang kita) mati aja lo! Itu mungkin salah satu dari seribu tindakan dari para pelaku Ijime terhadap korban, selain itu aniaya fisik dan psikis juga biasa dilakukan, aniaya fisik seperti di pukul, di telanjangin, di keplak2 kepalanya, dilempar bola, dll. Yang lebih parah adalah aniaya psikis, biasanya di anggap tidak ada, dilabrak rame-rame, diejek, loker dan meja kelasnya di rusak, sepeda di cemplungin kolam, buku-buku di tulisi dengan kata-kata kasar, dll. Dan semuanya itu berakibat sangat besar dan bahkan mengenaskan, karena si Korban ngerasa dikucilkan, insecure, tidak penting, hingga saat korban mencapai titik tertentu ia merasa tidak dibutuhkan dan ingin mati saja. Segitunya ya sampai para korban Ijime melakukan bunuh diri? Penderitaan yang berkepanjangan dan yang harus di hadapi si korban tanpa tahu kapan itu semua berakhir, suatu yang sangat menyedihkan ketika sang korban memutuskan salah satu solusinya adalah dengan menghabiskan nyawa nya. Tragis memang, apalagi kalau melihat kematian dengan cara bunuh diri pada remaja di Jepang sangat tinggi, kebanyakan terjadi karena Ijime. Semoga polemik ini bisa cepat tertanggulangi dan jadi perhatian besar pemerintah Jepang, pihak sekolah, dan lingkungan sekita, dan tentu saja pihak keluarga sebagai elemen terdekat dengan si korban.
Pertama mendengar kata IJIME/Bully, otak saya langsung Jepang! Benar, Ijime adalah kata Jepang untuk Bullying Menurut Kementrian Pendidikan Jepang, Ijime adalah Bentuk penyerangan tertentu, baik secara fisik maupun psikis. Yang dilakukan secara sengaja dan berkelanjutan kepada korban yang lebih lemah daripada pelaku. Dimana si korban merasa dirugikan. Ini merupakan masalah yang harusnya cepat dapat penanganan dari Pemerintah Jepang. Saya sebut ini masalah karena pihak Jepang baik itu dari pihak Pemerintah dan Sekolah masih belum menemukan solusi yang tepat untuk menghilangkan Ijime di sekolah. Padahal itu merupakan momok yang berkepanjangan yang seharusnya butuh penanganan yang cepat sebelum menghilangkan banyak jiwa lagi. Dengan ditambah lagi pemberitaan di media cetak dan elektronik, masih banyak kasus bunuh diri akibat ijime ini, membuktikan bahwa itu masalah Negara yang belum selesai. Pertama-tama kenapa Ijime bisa hadir dalam budaya Jepang bahkan Ijime itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari Jepang? Hal ini terjadi karena masyarakat Jepang sendiri adalah masyarakat yang Homogen dan Seragam. Dikarenakan rasa homogen dan seragam yang sudah mendarah daging inilah justru orang yang Berbeda akan menjadi sasaran Ijime. Berbeda dalam hal apa ? Dalam berbagai hal, misalnya lebih pintar, lebih pendek, lebih bodoh, memiliki hobi yang aneh, murid pindahan, orang asing, dll. Pokoknya yang dianggap diluar dari kebiasaan, keseragaman, dan tidak sesuai dengan standar kelompok dimana individu yang berbeda itu berada, dia yang bakal jadi target Ijime. Ijime terjadi paling sering di dalam kelas yang tentunya rame banyak murid dan guru. Sehingga selalu luput dari perhatian Guru dan pihak sekolah. Pelaku Ijime sangat pinter membuat situasi seolah tidak ada apa-apa dan biasanya siapapun yang melaorkan masalah ini ke pihak sekolah, merupakan korban selanjutnya untuk di Ijime, sehingga lingkunggan sekitar akan bertindak pura-pura tidak tahu untuk menghindarkan dirinya dari masalah itu. Sekolah dan guru biasanya akan menyangkal dengan keras akan adanya Ijime disekolah mereka, karena tidak mau kredibilitas sekolah mereka turun. Hal ini membuat para korban Ijime seakan ditinggalkan bahkan oleh sekolah itu sendiri. Bagaimana dengan dengan pihak keluarga korban Ijime, biasanya orang tua tidak mengetahui apabila anaknya mengalami Ijime di sekolah. Kenapa orangtua tidak tahu padahal apabila pihak rumah bisa tahu lebih cepat, bisa segera dilaporkan ke pihak sekolah. Beberapa alasannya adalah sebagai berikut, orang tua yang terlalu cuek akan keadaan si anak, ada juga si korban tidak ingin menyusahkan dan menambah beban orang tuanya, atau apabila si korban melaporkan masalah ini ke orang tuanya dan tentu saja melaporkan ke pihak sekolah maka keadaan akan tambah lebih parah, dengan semakin mengganasnya si pelaku Ijime untuk melakukan penyerangan lagi. Baru-baru ini di TV tentang Ijime, adalah seorang pelajar SMA yang loncat dari rumahnya, setelah diselidiki adalah sudah lama dia di Ijime,dengan diketemukan barang bukti seperti buku sekolah yang penuh dengan tulisan SHINE! (死ね!)yang artinya (dalam bahasa slang kita) mati aja lo! Itu mungkin salah satu dari seribu tindakan dari para pelaku Ijime terhadap korban, selain itu aniaya fisik dan psikis juga biasa dilakukan, aniaya fisik seperti di pukul, di telanjangin, di keplak2 kepalanya, dilempar bola, dll. Yang lebih parah adalah aniaya psikis, biasanya di anggap tidak ada, dilabrak rame-rame, diejek, loker dan meja kelasnya di rusak, sepeda di cemplungin kolam, buku-buku di tulisi dengan kata-kata kasar, dll. Dan semuanya itu berakibat sangat besar dan bahkan mengenaskan, karena si Korban ngerasa dikucilkan, insecure, tidak penting, hingga saat korban mencapai titik tertentu ia merasa tidak dibutuhkan dan ingin mati saja. Segitunya ya sampai para korban Ijime melakukan bunuh diri? Penderitaan yang berkepanjangan dan yang harus di hadapi si korban tanpa tahu kapan itu semua berakhir, suatu yang sangat menyedihkan ketika sang korban memutuskan salah satu solusinya adalah dengan menghabiskan nyawa nya. Tragis memang, apalagi kalau melihat kematian dengan cara bunuh diri pada remaja di Jepang sangat tinggi, kebanyakan terjadi karena Ijime. Semoga polemik ini bisa cepat tertanggulangi dan jadi perhatian besar pemerintah Jepang, pihak sekolah, dan lingkungan sekita, dan tentu saja pihak keluarga sebagai elemen terdekat dengan si korban.
Komentar
Posting Komentar